Rabu, 27 Mei 2009

PENDIDIKAN YANG BERBUDAYA
Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membudayakan manusia (to culture) sehingga menjadikan manusia yang berbudaya dan beradab (civilized). Ada banyak kalangan mengatakan bahwa system pendidikan kita telah gagal melakukan tugasnya, lebih-lebih dalam satu dasa warsa terakhir , system pendidikan kita mandeg, kalau tidak mau dikatakan gagal total menciptakan manusia Indonesia yang berbudaya Indonesia. Sebagai akibatnya bangsa ini tidak bisa lagi melahirkan orang –orang seperti Sukarno, tidak lagi muncul sejarawan yang bida ,melihat sejarah bangsanya dengan utuh. Tidak ada lagi Sanusi Pane yang baru. Semuanya mati suri karena semua di bonsai dan didesain sesuai pesanan bahkan ada yang dipaksa untuk matang.
Sistem Pendidikan dan Pembodohan tersistem
Pendidikan yang diadopsi ala tahun 1925 hasil karya belanda untuk orang Indonesia (inlader) adalah pendidikan untuk menciptakan budak yang bisa dipakai oleh pihak belanda demi keuntungan ekonomi semata. Ki hajar Dewantoro yang tidak setuju dengan pola itu mendirikan Taman siswa sebuah sistem pendidikan yang berlandaskan budaya nusantara untuk membangun manusia yang berbudi pekerti dan nasionalisme yang luas. Di zaman inilah muncul Sukarno Muda dan banyak sastrawan terkenal, kondisi ini juga diadopsi oleh Rabindranath Tagore yang mendirikan Santini Ketan dan kelak menjadi Visva Bharat University.
Pada era pemerintahan Presiden Soeharto system pendidikan juga cukup baik, tujuan pendidikan menjadikan manusia Indonesia seutuhnya bukan manusia Indonesia yang tepecah-pecah dengan keunggulan sebagaimana apa yang kondang disebut IQ, SQ,EQ dan Q..Q yang lainnya.
Bercermin dari itu semua, dalam 1 dasawarsa ini dunia pendidikan kita telah gagal kalau tidak mau dikatakan ini sebuah pembodohan tersistem. Teman saya pernah berseloroh mengatakan “ Ya itu kerena menteri pendidikan kita semua dari partai yang tentunya ada kepentingan partainya”. Jika itu benar betapa sialnya bangsa ini, bahkan ada selentingan ada partai yang mau menerima pencalonan Boediono sebagai cawapresnya SBY jika partai ini diberi jatah menteri pendidikan , entah agenda apa yang mau diselipkan oleh partai tersebut. Pastilah sebuah agenda besar yang masih abu-abu yang membawa bangsa ini ke zona abu-abu. Sampai saat ini model system pendidikan yang dianggap paling baik diterapkan oleh Negara-negara skandinavia salah satunya adalah Finlandia. Disana tidak ada PR, tidak sistem ranking dan tidak ada ujian. Sekolah sangat menghargai keunikan setiap siswa. Ini mengalahkan model pendidikan di USA, bahkan banyak direktur sekolah di California diambil dari singapura. Itu artinya sistem pendidikan di USA bukanlah sebuah sistem yang baik.
Harapan kedepan, lebih-lebih setelah pemerintahan baru terbentuk nanti ada perubahan dalam sistem pendidikan kita, anak sekolah memburu nilai dengan melakukan segala cara, tidak ada guru/dosen yang nyambi sana-sini nyari proyek. Dan bahkan ada yang sampai demo masalah gaji. “Kalau mau kaya ya jangan jadi guru, jadilah pengusaha” tapi guru juga perlu makan dan ngurusin keluarga, buatlah mereka hidup layak. Tidak ada lagi orang yang berburu gelar dan mengkoleksinya sebagai sebuah prestise dalam etalase namanya.
Terkadang kita sangat sedih ketika perguruan tinggi/sekolah merambah sampai kekota kecil, banyak orang pamer gelar akademik di depan dan di belakang namanya, tapi kenapa mutu pendidikan kita tetap jalan di tempat. Sebuah sistem yang tidak menghasilkan manusia Indonesia yang seutuhnya. Bayangkan saja ketika UAN untuk SMA/SMK dan SMP dilaksanakan soal ujian itu dititipkan di kantor polisi dan dikawal polisi. Pernahkah kita menghitung berapa rupiah yang dikeluarkan, berapa energi yang terbuang karena ketidakjujuran kita. Dengan cara itupun toh juga ada soal yang bocor karena sekolah, guru, kepala sekolah dan jajaran ke atasnya tidak mau kehilangan muka karena siswanya banyak yang tidak lulus. Jika ini tidak dihentikan dan dipotong, ini adalah lingkaran setan yang mengurung sistem pendidikan bangsa ini dan membawanya terperosok ke jurang kebodohan dan kehancuran. Semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan ini hendaknya mulai berbenah kembali melihat pondasi pendidikan yang dibangun oleh para pendahulu kita “Ki Hajar Dewntoro”, sebuah pendidikan yang membebaskan yang menyadarkan anak negeri bahwa negeri nya adalah negeri yang terkaya didunia bersama Brasil bukan negeri miskin yang bisanya cuman ngutang. Negara yang bisa menyediakan anak-anaknya pekerjaan yang layak bukan sebagai TKW dengan julukan pahlawan devisa, yang sering diperkosa, disiksa dan diperlakukan sebagai budak. Pendidikan yang menghasilkan anak muda dengan mental baja, pekerja keras. Bukan pendidikan yang menciptakan jongos dinegeri sendiri. Pendidikan yang membangun kebersamaan yang mampu mengangkat orang yang tidak mampu mengangkat orang tidak beruntung menjadi bermartabat.
Saya kutipkan doa dari literature kuno india yang kata-katanya indah sekali:
Mari kita belajar bersama,
Memperoleh pengetahuan bersama,
Berkarya dengan penuh semangat,
Semoga tidak ada kesalahpahaman diantanra kita,
Dan jika pun terjadi semoga kita bisa saling memaafkan.
Damai, damai, damai.

Tidak ada komentar: